Apakah Marah Membatalkan Puasa? Ini Hukumnya!

Posted on

Saat berpuasa, kita tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga harus mengendalikan emosi. Namun, ada kalanya rasa marah muncul karena situasi yang tidak terduga. Sebagian orang mungkin merasa bersalah setelah marah saat berpuasa.

Ada yang khawatir puasanya batal, sementara lainnya berpendapat bahwa marah hanya mengurangi nilai ibadah. Untuk itu, kita perlu melihat penjelasan dari sisi hukum Islam dan bagaimana cara mengendalikan emosi saat berpuasa agar puasa semakin berkualitas.

Berikut

blog.skitdeva.com

telah merangkum informasi untuk menjawab pertanyaan

apakah marah membatalkan puasa?

Yuk, cari tahu agar kamu tidak salah langkah!

1. Marah dalam pandangan Islam

Marah adalah salah satu emosi alami yang dimiliki manusia. Dalam Islam, marah bukanlah sesuatu yang dilarang sepenuhnya, tetapi dianjurkan untuk dikendalikan. Rasulullah ﷺ pernah berpesan kepada seseorang yang meminta nasihat:


“Jangan marah, maka bagimu surga”


(HR. Bukhari no. 6116)

Hadis ini menunjukkan bahwa Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mengontrol emosi, terutama saat berpuasa. Sebab, puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga diri dari perkataan dan perbuatan yang buruk.

Selain itu, marah berlebihan bisa membawa dampak negatif, seperti berkata kasar, menyakiti orang lain, atau bahkan membuat keputusan yang merugikan diri sendiri. Oleh karena itu, saat marah, sebaiknya segera menenangkan diri agar tidak terbawa emosi, ya!

2. Apakah marah bisa membatalkan puasa?

Secara hukum, marah tidak termasuk dalam hal-hal yang membatalkan puasa. Dalam Islam, puasa batal jika seseorang makan, minum, berhubungan suami istri, atau mengalami haid dan nifas bagi perempuan. Tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa marah bisa membatalkan puasa.

Namun, meskipun tidak membatalkan puasa, marah bisa mengurangi pahala puasa. Rasulullah SAW bersabda:


“Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencacinya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.”(HR. Bukhari no. 1894, Muslim no. 1151)

Dari hadis ini, kita bisa memahami bahwa saat berpuasa, kita dianjurkan untuk menghindari amarah dan pertengkaran. Jika marah tidak bisa dikendalikan hingga menyebabkan pertikaian atau perbuatan dosa lainnya, maka pahala puasa bisa berkurang drastis, bahkan dikhawatirkan tidak mendapatkan manfaat spiritual dari puasa itu sendiri.

3. Dampak negatif dari Marah

Mengapa kemarahan dianggap sebagai sesuatu yang perlu dihindari? Karena biasanya, kemarahan membawa dampak buruk dan merugikan. Ketika seseorang tidak dapat mengendalikan emosinya, hal itu dapat berujung pada perkataan kasar yang melukai perasaan orang lain, pertikaian fisik, hingga permusuhan.

Jika seseorang terbiasa meluapkan amarah tanpa kontrol, maka emosinya akan semakin menguasai dirinya. Akibatnya, tindakannya menjadi sulit dikendalikan, dan ia akan kesulitan berpikir secara jernih karena mudah terbawa emosi.

Bahkan, ekspresi wajah seseorang jika sering marah pun akan terlihat berbeda dibandingkan dengan mereka yang mampu mengendalikan diri. Selain itu, kemarahan yang berulang kali terjadi dapat menumbuhkan rasa dengki dalam hati.

Dampak negatif lainnya dari tidak mengontrol amarah adalah pengaruh buruk terhadap kesehatan. Oleh karena itu, Rasulullah SAW melarang sifat marah, karena selain membahayakan diri sendiri, juga dapat merugikan orang lain.

4. Cara mengendalikan marah saat berpuasa

Agar puasa tetap bernilai penuh, penting bagi kita untuk mengontrol emosi, terutama saat menghadapi situasi yang memicu amarah. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengendalikan marah saat berpuasa:


1. Mengucapkan istighfar

Saat mulai merasa marah, cobalah membaca

astaghfirullah

untuk menenangkan diri. Dengan mengingat Allah, emosi bisa lebih terkontrol.


2. Mengubah posisi atau situasi

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa jika seseorang marah saat berdiri, maka sebaiknya ia duduk. Jika masih marah, berbaringlah. Cara ini bisa membantu meredakan emosi dengan cepat.


3. Berwudu atau minum air (saat tidak puasa)

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:


“Sesungguhnya marah itu berasal dari setan, dan setan diciptakan dari api. Api hanya bisa dipadamkan dengan air. Maka, jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia berwudu.”


(HR. Abu Dawud no. 4784, Ahmad no. 17985)

Saat berpuasa, kita tidak bisa minum air, tetapi dengan berwudu dapat membantu menenangkan diri dari amarah.

5. Manfaat mengendalikan amarah

Menahan amarah lebih baik dibandingkan harus menghadapi dampak buruk yang ditimbulkan oleh kemarahan. Allah SWT berfirman:


“Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

(QS. Ali Imran 3:134).

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah SWT menyukai orang-orang berbuat baik, termasuk mereka yang mampu mengendalikan amarah serta memaafkan kesalahan orang lain. Jika seseorang dapat menahan amarahnya, maka berbagai manfaat akan dirasakan, baik secara emosional maupun sosial.

Nah, itulah jawaban dari pertanyaan

apakah marah membatalkan puasa?

Dengan memahami hukumnya kita bisa mengetahui langkah terbaik yang bisa diambil saat menghadapi emosi diri, lebih baik diam agar tetap mendapatkan pahala puasa!

:

  • Sering Marah, Benarkah Tubuh Penuh dengan Jin?
  • 6 Adab Istri yang Harus Dilakukan saat Suami Marah dalam Islam
  • 5 Langkah Ini untuk Mengendalikan Emosi saat Sedang Marah