alias naik daun. Nah, lowongan pekerjaan yang berkaitan dengan AI, diprediksi akan semakin banyak tahun depan.
AI akan semakin dibutuhkan di tahun 2025.
(ML) yang melatih model AI, serta area kerja lain yang menggunakan AI.
Hannah Calhoon, VP AI di Indeed mengatakan, di industri teknologi dan informasi (IT) yang beberapa tahun belakangan justru minim perekrutan dan banyak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, diprediksi akan mengalami pemulihan.
Baca juga:
Kemungkinan, perekrutan yang dibuka nantinya juga pekerjaan yang berkaitan dengan AI.
Di sisi lain, masih kata Calhoon, perusahaan non-IT akan membutuhkan orang yang terampil, yang bisa mengimplementasikan AI dalam ranah kerjanya.
atau data untuk mengembangkan model AI sendiri.
Oleh karena itu, mereka cenderung merekrut orang yang sudah memiliki pemahaman tentang AI dan bisa membantu menentukan instrumen AI apa yang akan digunaan untuk diimplementasian dengan alur kerja mereka, sehingga bisa membantu bisnis.
AI ke dalam bisnis,” jelas Calhoon.
Hal tersebut, lanjut Colheen, kemungkinan akan berdampak pada sektor lowongan kerja, seperti administrator aplikasi atau arsitek solusi. Arsitektur solusi adalah orang yang merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan solusi teknologi sesuai kebutuhan bisnis.
Menurut Indeed, posting lowongan kerja di situs mereka saat ini sudah banyak yang menyantumkan AI.
.
Posisi paling dibutuhkan
Menurut perusahaan pengelola sumber daya manusia, Randstad, ada beberapa sektor pekerjaan di bidang AI yang sangat dibutuhkan.
yang tingkat kebutuhannya mencapai 15 persen secara global.
Angka itu sekitar dua kali lipat dari rata-rata tingkat lowongan kerja secara keseluruhan di Amerika Serikat.
mencapai 14 persen.
pada kuartal-III tahun 2024, untuk mengukur tingkat kebutuhan lowongan pekerjaan di bidang AI.
Baca juga:
.
AI di sektor tersebut dikarenakan pekerjaan itu cukup terspesialisasi atau membutuhkan kemampuan spesifik. Di sisi lain, hampir seluruh industri membutuhkannya.
Lowongan terkait generative AI juga naik
di AS, naik 3,5 kali lipat dari tahun lalu.
Namun, bukan berarti perusahaan-perusahaan tersebut mencari ahli generative AI. Indeed menemukan hanya 2 persen perekrut yang menyantumkan ketrampilan AI di deskripsi pekerjaan mereka.
Sementara 20 persen lainnya hanya membutuhkan calon karyawan yang memahami ketrampilan komputer dasar.
Kendati demikian, Calhoon memprediksi kebutuhan akan ketrampilan generative AI bakal terus meningkat.
“Mungkin tidak tahun depan, tetapi bisa tiga atau empat tahun dari sekarang, dalam banyak peran, orang-orang yang memiliki keterampilan dasar untuk menggunakan beberapa platform AI ini, akan memiliki harapan,” jelasnya.
Baca juga:
Bisnis kecil mulai adopsi AI
Kamis (26/12/2024).
Hal tersebut juga cocok dengan laporan terbaru yang diterbitkan US Chamber of Commerce (Kamar Dagang AS) berjudul The Impact of Technology on US Small Business (Dampak Teknologi terhadap Bisnis Kecil di AS), yang menemukan bahwa pada pertengahan tahun 2024, empat dari 10 bisnis kecil mengaku sudah menggunakan generative AI.
Mereka melakukan survei terhadap sekitar 1.100 bisnis kecil di Negeri Paman Sam.
Sementara itu, sekitar tiga perempat bisnis kecil mengaku berencana mengadopsi teknologi baru, seperti AI. Peningkatan adopsi AI bisa jadi akan ikut mendorong kebutuhan pemimpiun bisnis yang ahli dalam AI.
Menurut laporan firma riset Altrata, jumlah orang yang mengisi posisi kepala AI atau yang setara, naik 70 persen dari tahun ke tahun hingga akhir Oktober 2024.
Menurut Nicole Kyle, yang meneliti prediksi pekerjaan di masa depan, AI mungkin akan meringankan beban kerja yang sebelumnya ditangani tenaga manusia.
Akan tetapi, ia meyakini bahwa AI juga akan menciptakan jenis pekerjaan baru yang berkaitan dengan teknologi tersebut.
“Saya pikir, pada dasarnya, AI akan menciptakan pekerjaan seperti halnya kemajuan teknologi lainnya,” kata Kyle.