Bagi umat Katolik Rabu Abu menandai hari pertama masa Prapaskah. Untuk menandai masa pertobatan selama 40 hari itu, umat Katolik mendapatkan simbol salib abu di dahi.
Tanda salib di dahu Rabu Abu itu didapatkan pada saat mengikuti misa Rabu Abu. Salib abu di dahi itu ditorehkan oleh Imam atau Pastur yang memimpim misa Rabu Abu.
dan berpantang hingga siap menyambut Paskah atau kebangkitan Yesus Kristus dengan hati yang bersih.
Lantas, apa arti abu di dahi yang berbentuk salib itu?
, di dahi umat Katolik ditorehkan salib abu yang memiliki makna sangat dalam. Makna Rabu Abu bagi umat Katolik yang paling utama adalah kesadaran akan diri manusia yang sungguh kecil di hadapan Tuhan.
Dengan menorehkan tanda salib di dahi itu, dan menyadari apa arti tanda salib abu di dahi itu, umat Katolik menydari bahwa dirinya adalah makhluk fana yang penuh dosa.
Salah satu makna abu di dahi yang seringkali diingatkan oleh para tokoh Gereja Katolik adalah, abu di dahi menjadi simbol bahwa manusia berasal dari debu dan tanah. Dengan tanda salib di dahi Rabu Abu itu umat Katolik sadar bahwa pada akhirnya manusia juga akan kembali menjadi debu dan tanah
, kesedihan, dan kerapuhan manusia. Disamping itu, abu juga menjadi medium yang mengingatkan umat Katolik untuk segera bertobat dan memperbaiki hubungannya dengan sesama.
juga melambangkan kesedihan, karena pada saat salib abu dioleskan, umat Katolik diingatkan bahwa mereka telah berbuat dosa dan berpisah dari Tuhan. Dengan kerapuhannya itu, lewat abu manusia diingatkan bahwa mereka mudah jatuh dalam kelemahan dosa.
Lalu, apakah abu di dahi boleh dihapus?
Mungkin banyak umat Katolik atau umat di luar Katolik yang bertanya, apakah abu di dahi boleh dihapus?
Banyak umat Katolik yang tetap membiarkan tanda salib di dahi Rabu Abu. Hal ini mungkin saja dilakukan karena umat itu ingin menjadikan salib abu di dahi itu sebagai kenang-kenangan momen awal masa pertobatannya di awal masa Prapaskah.
Namun, itu bukan berarti Gereja Katolik memberi aturan bahwa abu di dai dahi itu tidak boleh dihapus. Gereja Katolik tidak pernah mengeluarkan aturan khusus perihal berapa lama tanda salib di dahi rabu abu harus dijaga.
Oleh karena itu, abu di dahi yang dioleskan oleh Imam atau Pastur saat misa Rabu Abu boleh dihapus atau dibasuh setelah misa Rabu Abu selesai. Sebagai informasi, abu yang dioleskan di dahi itu adalah sakramentali, sama sepreti Rosario yang sudah diberkati.
, boleh menentukan sendiri berapa lama ia akan menjaga salib abu di dahinya itu. Namun, yang jelas, saat Rabu Abu, umat Katlik wajib berpantang, dan berpuasa, Lalu dilanjutkan setiap hari Jumat hingga Jumat Agung.
, di dahinya dioleskan tanda salib abu? Sejatinya tidak ada aturan khusus dari Gereja Katolik yang mewajibkan umat Katolik memakai abu di dahi saat Rabu Abu.
Umat Katolik boleh memilih sendiri, dengan kesadarannya, apakah akan memakai abu di dahi saat Rabu Abu atau tidak. Abu di dahi saat Rabu Abu itu adalah tanda lahiriah yang melambangkan pertobatan, kesadaran akan kefanaan manusia.
Abu di dahi itu akan selalu mengingatkan perkataan “Ingatlah, kamu berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu”. Selain itu, abu di dahi itu juga menjadi semacam ajakan untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Caranya adalah dengan banyak berdoa, berpuasa, dan melakukan banyak amal kasih.
dengan penuh ketekunan.
Tanda salib di dahi umat Katolik saat Rabu Abu adalah simbol pertobatan. Selain itu, abu di dahi juga menjadi wujud kesadaran bahwa manusia adalah makhluk yang sangat kecil di hadapan Tuhan karena berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu.