Realitas Baru Renault di 2025. Diduakan Nissan, Tutup Program Mesin F1

Posted on

Menjelang tahun baru 2025, pabrikan Perancis Renault harus menghadapi dua realitas baru dari segi relasi bisnis dan motorsport.

Secara bisnis, Renault boleh masih menjadi salah satu raksasa mobil Eropa yang mampu memberikan hasil menjanjikan di era disrupsi mobil listrik Cina.

Pada Oktober lalu, Renault sempat mengumumkan peningkatan penjualan sampai 24,3% di Inggris dan 16,2% di Italia.

Meskipun performa Dacia sedikit menurun, brand performa Alpine justru malah mengalami peningkatan di kuartal tiga 2024.

Tapi kesuksesan Renault pada 2024 juga diramaikan dengan beberapa drama yang bisa mempengaruhi posisi Renault pada 2025 dan seterusnya.


Baca Juga:

Drama pertama adalah keputusan Renault untuk menjadi mitra konsumen mesin dan girboks Mercedes di Formula 1 musim 2026.

Pindahnya BWT Alpine F1 Team ke mesin dan girboks Mercedes menandakan berakhirnya program mesin F1 di Viry-Chatillon.

Tentu saja keputusan ini dikritik dan disayangkan oleh komite sosial dan ekonomi (CSE) karyawan Alpine.

Oktober lalu.

Hengkangnya Renault dari pertempuran mesin F1 cukup disayangkan mengingat pabrikan tersebut memiliki banyak catatan kemenangan dengan tim pabrikan dan Red Bull Racing pada awal dekade 2000.


Baca Juga:

Berselang dua bulan dari keputusan ‘tutup toko’ Viry, Renault berhadapan badai baru dalam bentuk mendekatnya Nissan dan Honda.

Dekatnya Nissan dan Honda berbuah pada Memorandum of Understanding (MoU) yang melanjutkan integrasi bisnis antara keduanya.

Pada penandatanganan MoU tersebut, Mitsubishi Motors turut berpartisipasi dan mempertimbangkan untuk masuk dalam integrasi tersebut.

Tentunya dengan kerjasama ini, Renault berpotensi ditinggal sendiri oleh Nissan dan Mitsubishi dan membubarkan aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi.

“Sebagai pemegang saham utama Nissan, Renault Group akan mempertimbangkan semua pilihan berdasarkan apa yang terbaik untuk grup dan stakeholder,” begitu pernyataan resmi Renault.

Dengan dua drama tersebut, Renault Group mesti bersiap menghadapi turbulensi signifikan dari segi nama brand dan pengembangan mobil di 2025.