Saus tomat, tentu kita semua mengenalnya, sebagaimana kita mengenal saus sambal. Dua jenis saus ini biasanya dibutuhkan ketika kita makan di restoran, agar makanan terasa lebih enak.
Namun, jika ada yang tak suka dengan saus tomat, bukanlah hal yang aneh. Ini hanya soal selera, yang masing-masing orang mungkin saja berbeda.
Masalahnya jadi lain kalau ada orang yang fobia atau ketakutan yang berlebihan terhadap saus tomat. Orang yang fobia terhadap makanan, akibatnya bisa fatal.
Gejala yang timbul saat muncul fobia tersebut beragam, antara lain jantung berdebar kencang, sesak napas, sakit perut, mual, hingga banyak berkeringat.
Makanya, pada umumnya penderita fobia makanan akan menghindari makanan yang mereka takuti.
Namun, beberapa orang terpaksa menghadapi makanan dan rasa takut tersebut karena beberapa situasi yang tidak mungkin dihindarkan.
Salah satunya adalah apa yang dialami oleh Alexandriah Govan, seorang wanita asal Glasgow, Skotlandia. Soalnya, Govan bekerja sebagai pelayan restoran.
Lewat akun TikTok-nya, Govan menunjukkan momen ketika ia berusaha mengisi ulang botol saus tomat, meski saus asam itu sesuatu yang amat ditakutinya.
Dalam video tersebut, terlihat ekspresi Govan yang sangat ketakutan dan tingkahnya yang terlihat tersedak. Hal ini membuat qua tontonannya menjadi viral dengan lebih dari 8,7 juta view.
Govan mengakui bahwa ia memiliki fobia khusus terhadap saus tomat, yang bersumber dari trauma masa kecilnya. Ketika itu kakak perempuannya menyiramnya dengan saus tersebut.
“Saya sangat membencinya. Baunya dan bahkan warnanya membuat saya gemetar,” ujar Govan.
Hal ini mengakibatkan ia merasa tidak nyaman saat bekerja, khususnya ketika Govan menghadapi pelanggan yang menggunakan saus tomat.
Rachel Goldberg, seorang terapis gangguan makan dari Los Angeles, Amerika Serikat, memberikan pandangannya tentang pengalaman Govan tersebut.
Menurut Goldberg, ketakutan yang dialami Govan mungkin tidak tergolong sebagai fobia yang sebenarnya, karena ia masih bisa berinteraksi dengan saus tomat, walaupun merasa tidak nyaman.
“Dia dapat berada di dekat saus tomat, meskipun merasa terganggu,” kata Goldberg untuk membuktikan Govan tidak benar-benar fobia saus tomat.
Goldberg mendiagnosis Govan dengan kondisi yang disebutnya sebagai Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder (ARFID), di mana ketakutannya berakar pada keengganan terhadap tekstur, aroma, atau rasa tertentu dari makanan.
Rasa takut yang dirasakan Govan dapat bertahan begitu lama karena diperkuat oleh cara pandangnya terhadap saus tomat.
Jika Govan ingin mengatasi ketakutannya, Goldberg menyarankan agar ia terus berusaha mempresentasikan dirinya lebih sering terhadap saus tomat.
Atau, Govan mau mengubah cara pandangnya terhadap makanan tersebut, agar terasa lebih bisa diterima.
Memperkenalkan saus tomat secara pelan-pelan, misalnya dengan mencicipi sedikit atau memasukkan saus tersebut ke makanan yang disukainya, mungkin dapat membantu mengurangi ketakutan Govan.
Goldberg mengemukakan bahwa penting juga untuk Govan memahami lebih dalam mengenai ketakutannya akan saus tomat.
Menggali berbagai aspek dari ketakutan tersebut, termasuk menjelaskan bagaimana pengalamannya di masa kecil, tidak seharusnya membuatnya terkungkung. Hal ini dapat menjadi langkah yang signifikan untuk mengatasi fobia makanan ini.